Resep Pengantar Meracik Esai
Oleh Abdul Aziz Rasjid
Oleh Abdul Aziz Rasjid
TAHUN lalu, saya bersama dua penyair dari Banyumas —Teguh Trianton dan Heru Kurniawan— diundang Kabut Institut Solo sebagai peserta terpilih untuk mengikuti Workshop Sastra tentang Penulisan Kritik, Esai dan Jurnalisme Sastrawi. Pada sebuah sesi yang membicarakan penulisan esai sastra, Kris Budiman menganalogikan bahwa menulis sama dengan memasak.
Kebetulan, saya hobi menulis dan memasak. Maka, bolehlah jika Anda berpendapat, tulisan yang sedang Anda baca ini merupakan pertemuan antara kedua hobi saya, juga reproduksi dari gagasan sekaligus petikan dari sebuah pembicaran tentang esai yang saya dengar dari paparan Kris Budiman.
Menurut Kris Budiman, ada tiga aspek penting dalam memasak, yaitu a) bahan, b) cara membuat, dan c) peralatan. Ketiga aspek itu dapat dikaitkan dalam kegiatan menulis esai.
Esai merupakan tulisan nonfiksi yang relatif singkat dan bersifat personal. Dari segi isi, esai cenderung didominasi oleh karangan argumentasi. Sebab, tidak jarang, esai melakukan upaya untuk membuat meyakinkan sesuatu.
Tetapi, upaya peyakinan dalam esai berbeda dengan karangan ilmiah. Pada karangan ilmiah, upaya peyakinan itu dilakukan dengan sungguh-sungguh, dan dimaksudkan sesuai dengan apa yang dikemukakan. Pada esai, upaya peyakinan itu tidak jarang justru berisi paradoks.
Cara Membuat
Kesimpulan yang diajukan dalam esai tak jarang bertolak belakang dengan argumen-argumen yang dibangun sejak awal. Oleh karena itu, bahan menulis esai tidaklah spesifik. Ia dapat diperoleh lewat pengalaman diri atau pengalaman orang lain, yang kemudian dapat diperkaya dengan bacaan.
Selain bahan, esai juga memerlukan cara membuat, dalam hal ini kecermatan dan keterampilan. Keduanya menyangkut dua aktivitas utama, yaitu berfikir dan bernalar. Berfikir adalah pengorganisasian gagasan secara sistematis melalui bangun argumentasi yang kukuh, sedangkan bernalar adalah prosedur tertentu yang dikenal sebagai logika.
Satu hal yang patut diperhatikan, seorang pengesai juga mesti piawai dalam menggunakan alatnya. Bila juru masak bersandar pada alat memasak seperti wajan, pisau, dan sebagainya, maka pengesai harus memahami teknik berbahasa. Tentu agar esainya menjadi nikmat saat dibaca oleh pembaca.
Resep sederhana tentang menulis esai yang merupakan reproduksi dari gagasan Kris Budiman ini hanyalah suatu pengantar ringan. Tapi, semoga, menjadi jalan bagi Anda untuk merasakan betapa menariknya menulis sebuah esai. (32)
—Abdul Aziz Rasjid, peneliti Beranda Budaya, tinggal di Purwokerto.
-- Sumber : Forum Halaman Kapus, Suara Merdeka 25 April 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar