Kamis, April 30, 2009

Sajak-Sajak Arief Hidayat

Pada Suatu Pagi

dengan kesunyian embun
kau diam di depanku dengan berkaca-kaca
kutelusuri lorong matamu
dan bayangan masa lalumu yang gelap
kunyalakan cahaya
untuk sisa waktu yang panjang
kutemukan cinta yang patah
di antara semak dan belukar
kususun rencana musim
tapi, tiba-tiba kau ingin jadi matahari
yang lebih terang dariku
dan memanggang tubuhku

2008

Pelabuhan

pada ujung pelayaran musim ini
biarkan waktu bersandar padamu
terlalu banyak luka dan duka
yang kutelan pada setiap gejolak ombak
mengarungi mimpi di tengah laut
diterjang hujan badai
dan menerobos pekatnya kabut kehidupan
belum lagi ikan-ikan yang menyesatkan
aku bukan sesuatu yang hanya bercanda
di lelah perjalanan, biarkan kuberlabuh
dengan jutaan kisah dan riwayat
kini saatnya aku berhenti
dengan jangkar doa yang kuat
dan tali kata-kata yang erat
agar aku tetap berada di pelabuhan ini

2008


Menunggu di Depan Pintu

sudah semusim aku di sini
bertahan pada gelisah yang panjang
duduk menuggu di depan pintu
sambil minum air mata yang hambar
menelan hari-hari dengan bimbang

pun berabad-abad pintu itu terkunci
mematahkan semua kata-kata,
surat-surat, dan doa agar belajar sabar
menerima sesuatu

tidakkah kauberpikir
lelah ini benar-benar akan kubawa pergi
seperti surat-surat yang melepas kata-katanya
di dalam doa

“masa lalu begitu kelam
dan aku harus berhati-hati pada masa depan”
katamu ketika aku mengetuk untuk terakhir
seperti seorang perampok
yang akan merenggut jiwa dan ragamu

2008

Sesuatu yang Berharga

kita bertemu di masa yang sederhana
dengan wajah muda
saling melemparkan senyum
ke luas halaman
seperti kehangatan sinar matahari
kata-katamu menggetarkan sunyi
meluruhkan daun waktu
tanpa sisa
dengan doa dan kecupan singkat
kita pun berangkat
mengarungi samudra
dengan bahtera rumah tangga
untuk sesuatu yang benar-benar berharga
sepanjang usia

2008


Di Balik Palung dan Celah Karang

kita yang dipertemukan oleh hujan
sampailah pada sebuah samudra
di mana tubuh kita begitu luas
tak pernah lagi ada rahasia

tapi, ketika takdir dan waktu bicara
tentang hari yang kita lewati
masih saja kausimpan masa lalu
di balik palung dan celah karang
ingatan-ingatan yang berbuih
terasa begitu perih
membasuh bekas luka
yang tergores di dada
kenapa setiap kenangan
pada tertentu membayang?
bukankah ia waktu yang jauh
ataukah
bagimu hari ini sama dengan hari kemarin?
dan kau hanya diam mendekap sunyi
di antara tubuhku yang riuh
demam menahan gigil

2008


Pada Setiap Kenangan

pada setiap kenangan
ingin kubakar sesal
yang kadang-kadang menikam
begitu saja ia bangkit
dari kepala
menusukkan bayangan
ke dalam dadaku
aku terkapar di kamar
menjerit di dalam sepi
di saat seperti ini
aku selalu saja gagal
menyalakan api

2008

Arief Hidaya, Penyair, Aktif di Beranda Budaya - Banyumas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar